Pendidikan harus memberikan ruang dan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk berfikir kritis. Kemampuan ini harus ditanamkan dan diasah terus menerus. Tidak hanya bagi peserta didik yang akan menjadi sasaran untuk dilatih berfikir kritis, namun guru juga dituntut berfikir kritis baik dalam menyelenggarakan proses pembelajaran maupun penilaiannya. Untuk mendukung ketrampilan tersebut maka sejumlah 41 guru bahasa Jepang yang berasal dari 11 propinsi di Indonesai mengikuti Workshop Asosiasi Guru Bahasa Jepang Indonesia ( AGBJI) dengan tajuk “ Pengembangan Soal HOTS Bahasa Jepang Berdasarkan Kurikulum 2013”. Berlangsung selama 3 hari, Rabu-Jum’at (6-8/11) kegiatan dilaksanakan di Tirta Kencana Hotel, Yogyakarta.
Acara dibuka oleh Okamoto Taku sensei sekaligus mewakili Direktur The Japan Foundation Tsukamoto Norihisa. Tiga narasumber lain yaitu Dwi Puspitasari,M.Pd dari Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Bahasa Jakarta, Marta Nuruliita,S.S, dan Imad Faiz,S.S yang merupakan Instruktur Nasional Bahasa Jepang.
Dalam sambutannya Okamoto menyampaikan apresiasi kepada guru-guru Bahasa Jepang yang sangat antusias untuk mengembangkan kemampuan diri dalam penyusunan soal HOTS kali ini. “Kesempatan yang sangat bagus ini jangan disia-siakan. Semua harus memikirkan mengapa ada disini, untuk apa? Banyak guru yang lain ada yang tidak bisa hadir, maka apa yang akan bapak ibu lakukan terhadap teman-teman yang tidak bisa hadir? Mari pikirkan hal itu juga,” ajak Okamoto.
Terbagi menjadi tiga sesi yaitu pemamparan materi inti, workshop penyusunan dan telaah soal, di hari ketiga dilakukan presentasi hasil kerja dan evaluasi. Lussy Novarida Ridwan,M.Pd selaku ketua AGBJI menyampaikan syukur atas terselenggaranya kegiatan kali ini.” Apresiasi tinggi saya untuk semua guru yang hadir dari berbagai wilayah. Meskipun kegiatan ini bersifat mandiri tidak mengurangi semangat para guru untuk belajar. Semoga keberadaan AGBJI dapat memfasilitasi guru-guru Bahasa Jepang untuk terus berkarya. Salah satunya kegiatan Workshop Penyusunan Soal HOTS kali ini, semoga membantu guru dalam pembuatan soal PTS, PAS maupun USBN,” papar Lussy.
Guru Bahasa Jepang MAN 2 Yogyakarta Diah Wijiastuti merasakan manfaat dari mengikuti workshop kali ini.” Selain menjadi lebih faham tentang kriteria penyusunan soal HOTS, sharing informasi dari para guru yang berasal dari berbagai wilayah juga menambah wawasan saya terkait kondisi pendidikan Bahasa Jepang di Indonesia,” papar Diah.(diw)