Guru MAN 2 Yogyakarta Kontributor Antologi Sejuta Kenangan Haji, Tirai Tebalmu Hambatan Pandanganku

Yogyakarta (MAN 2 Yk)—Menunaikan Ibadah Haji ada wajib bagi yang berkemampuan baik jasmani, rohani dan finansial, namun bagi kami naik haji adalah merupakan sebuah ujian kejujuran hati untuk tidak ujub dan sombong, baik di hadapan Allah ta’ala maupun sesama manusia.

“Ketika kami sudah yakin akan berangkat haji, kami berusaha menata hati untuk tidak ujub dan sombong, alhamdulilah pengajian pamitan haji berjalan dengan lancar, ketika kami hendak berangkatpun banyak warga yang mengantar tanpa kami minta, kami pamit dengan dengan ketulusan hati,” ujar Loko Kuswantoro, guru MAN 2 Yogyakarta.

“Namun tanpa saya sadari dihari keduapuluh saat kami sudah di Makkah, dan tepatnya 60 menit usai sholat dhuhur, saya mendapat ujian. Saya tidak bisa melihat Istri. Saya yakin betul bahwa istri saya duduk di dekat tiang, blok jamaah sholat wanita, dimana blok itu hanya seluas 50 x 50 m, yang dibatasi oleh police line merah putih. Akhirnya saya sadar saya telah melakukan ujub dan sombong di lantai 4 jalan towaf,” sambungnya.

Waktu itu usai solat dhuhur saya NIAT mencoba towaf dilantai 4 , towaf yang seharusnya 7 putaran hanya saya jalani 3 putaran itupun dengan iseng-iseng motret dan selfi (dua kubah hijau, ka’bah dari atas, kamera TV Makkah yang dipasang permanen dsb).

”Ternyata Allah tidak berkenan, dan itulah hukuman saya “tidak bisa melihat Istri saya” . singkat cerita saya harus melakukan sodaqoh pada tukang pel dan melakukan sholat sunat mohon ampun, usai sholat Ashar saya menuju blok itu, dari kejauhan istri saya sudah melambaikan tangan sambil tersenyum. Terimakasih ya Allah Engkau telah membuka mataku untuk melihat istriku kembali,” pungkasnya. (lks)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts