Yogyakarta (MAN 2 Yogyakarta) – Komitmen besar terhadap masa depan generasi usia sekolah kembali ditegaskan oleh MAN 2 Yogyakarta. Pada Kamis (27/11/ 2025), madrasah ini resmi menandatangani 6 Komitmen Peningkatan Kebugaran Jasmani Anak Sekolah sebagai langkah strategis mendukung pencegahan dan percepatan penurunan stunting. Momen ini menandai transformasi penting madrasah, dari pusat keunggulan akademik menjadi kiblat baru pendidikan berbasis sport science di lingkungan madrasah.
Penandatanganan
komitmen dilakukan oleh Kepala MAN 2 Yogyakarta Hartiningsih, S.Pd., M.Pd.
Momen ini menjadi sinyal kuat bahwa madrasah mulai menempatkan kebugaran
jasmani sebagai investasi jangka panjang, bukan sekadar kegiatan pelengkap
sekolah. Inisiatif ini lahir dari visi besar untuk mencetak Generasi Emas 2045 yang
berilmu, berkarakter, dan berdaya fisik kuat.
Langkah
ini juga diperkuat melalui sinergi lintas sektor dengan Dinas Kesehatan
(Dinkes) Kota Yogyakarta sebagai penyelenggara utama pertemuan penggalangan
komitmen. Dinkes memiliki peran penting dalam pencegahan dan penanggulangan
stunting melalui pendataan sasaran ibu hamil dan balita, intervensi gizi,
edukasi gizi dan sanitasi, monitoring kasus stunting, serta kolaborasi lintas
pihak untuk memastikan program berjalan efektif, terarah, dan berkelanjutan.
Keterlibatan sektor kesehatan dan pendidikan dalam satu ruang yang sama ini
memperkuat pesan bahwa stunting harus dicegah dari hulu hingga ke lingkungan
sekolah.
Forum
ini menghadirkan narasumber dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Dwi
Andriyani, dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, yang memberikan perspektif ilmiah
dan data terkini kebugaran anak sekolah di Indonesia. Dalam paparannya, Dwi
menyoroti fenomena nasional hasil tes kebugaran jasmani yang menunjukkan
kondisi mayoritas anak usia 10–15 tahun berada pada kategori kebugaran “kurang
sekali” dan “kurang”, dengan pola perilaku sedenter yang sangat dominan seperti
duduk terlalu lama, ketergantungan pada gim digital, rendahnya aktivitas fisik
harian, dan kecenderungan minim gerak atau mager. Fenomena ini disebut Dwi
sebagai ancaman baru kesehatan generasi sekolah yang berdampak pada menurunnya
imunitas, meningkatnya risiko penyakit, serta penurunan kebugaran tubuh secara
drastis saat masa pertumbuhan.
Dwi
juga menegaskan bahwa kebugaran fisik memiliki korelasi kuat dengan kualitas
belajar. Anak yang lebih aktif bergerak terbukti memiliki konsentrasi lebih
baik, kesehatan metabolik yang stabil, sistem kardiovaskular yang lebih kuat,
serta rasa percaya diri yang tumbuh positif. "Kalimat paling penting bukan
soal seberapa banyak anak tahu tentang sehat, tetapi seberapa banyak anak mau
bergerak untuk hidupnya sendiri," ujarnya, menggugah seluruh peserta forum
untuk memandang olahraga sebagai ilmu masa depan, bukan hanya aktivitas
lapangan.
Gagasan
tersebut selaras dengan transformasi MAN 2 Yogyakarta, yang kini mulai
mengembangkan tipologi kelas khusus olahraga sebagai identitas baru madrasah.
Kelas ini dirancang sebagai ruang pembinaan fisik dan karakter berbasis sport
science madrasah, mencakup pembelajaran kebugaran terstruktur, pola nutrisi,
manajemen aktivitas fisik, pembinaan sport mentality, kerja tim, disiplin, dan
mental juara. Langkah ini ditegaskan sebagai diferensiasi branding kuat MAN 2
Yogyakarta dalam ekosistem pendidikan DIY.
Tak
hanya pada level kebijakan, MAN 2 Yogyakarta juga mempersiapkan inovasi
implementatif melalui model “Ice Ntarking” (Ice Breaking + Body Movement +
Thinking Refresh) yang akan disosialisasikan kepada seluruh pengajar. Model ini
mendorong guru menyisipkan aktivitas fisik ringan dan bermakna di sela
pembelajaran agar setiap kelas menjadi ruang belajar yang hidup, segar,
bergerak, dan menyenangkan, sehingga budaya sedenter dapat perlahan tergantikan
oleh budaya ilmu dan budaya gerak.
Enam
Komitmen Kebugaran yang Ditandatangani : 1). Mengalokasikan anggaran yang cukup
untuk program kebugaran jasmani; 2). Menambah dan meningkatkan fasilitas
olahraga madrasah; 3. Mengefektifkan jam pelajaran olahraga agar lebih optimal;
4. Menganekaragamkan jenis olahraga melalui permainan tradisional dan rekreatif;
5. Melakukan tes kebugaran jasmani secara rutin dan berkala; 6.
Menginformasikan hasil tes kebugaran kepada orang tua
Dalam
refleksinya, Hartiningsih menutup forum dengan narasi yang kuat sekaligus
branding-ready: “Generasi emas tidak boleh tumbuh dengan tubuh yang mudah
menyerah. Ilmu harus berjalan sejajar dengan stamina. MAN 2 Yogyakarta ingin
memastikan anak-anak tumbuh dengan kebiasaan sehat, mental kuat, dan fisik
bugar. Karena masa depan besar bukan hanya milik anak yang pandai bicara dan
menulis, tetapi juga yang mau melangkah, bergerak, dan berlatih,” ungkapnya.
Dengan
penandatanganan ini, MAN 2 Yogyakarta mengukuhkan posisi barunya sebagai: Madrasah Anti-Mager; Madrasah
Kader Kebugaran & Sport Science; Madrasah Berbasis Budaya Ilmu dan Gerak; Madrasah
Kolaboratif Pendukung Yogyakarta Bebas Stunting. “Badan Sehat, Bugar, Gizi
Seimbang, Masa Depan Gemilang Tanpa Stunting.” (pusp)
Berikan Komentar