Anak yang Buta dan Ceria: Karya Asfiya Rosikh Sabet Juara 1 Lomba Cerpen Balai Bahasa DIY 2025

Yogyakarta (MAN 2 Yogyakarta) — Prestasi membanggakan kembali diraih oleh Asfiya Rosikh, murid MAN 2 Yogyakarta yang berhasil raih puncak prestasi, Juara 1 Lomba Penulisan Cerpen Balai Bahasa DIY 2025 melalui karyanya berjudul “Anak yang Buta dan Ceria.” Lomba ini diikuti oleh 384 peserta dari berbagai sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta, menunjukkan antusiasme tinggi generasi muda dalam dunia literasi.

Karya Asfiya dibimbing oleh Sri Marlina, S.Pd., M.A., guru Bahasa Indonesia yang selalu menumbuhkan semangat menulis kreatif di kalangan murid MAN 2 Yogyakarta. Dengan gaya penulisan yang jujur dan menyentuh, cerpen “Anak yang Buta dan Ceria” mengangkat nilai kemanusiaan, keteguhan hati, dan semangat hidup seorang anak penyandang disabilitas yang tetap ceria dalam keterbatasannya.

Berdasarkan hasil penilaian dewan juri yang terdiri atas Dr.phil. Ramayda Akmal, S.S., M.A. (UGM), Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. (Universitas Sanata Dharma), dan Eko Triono, S.Pd., M.Pd. (UNY), telah ditetapkan enam karya terbaik pada 14 Oktober 2025 dan menetapkan Asfiya Rosikh dengan karyanya sebagai Juara 1. Dewan juri mengapresiasi tingginya minat pelajar DIY dalam menulis cerpen yang sarat nilai budaya, moral, dan refleksi sosial.

Dalam evaluasinya, juri menyoroti dua aspek penting, yaitu bentuk dan isi. Dari sisi bentuk, sebagian besar peserta dinilai masih perlu mengolah alur dan karakter secara lebih mendalam. Namun, dari segi isi, banyak karya yang berhasil menampilkan tema-tema kuat seperti ketidakadilan sosial, nilai tradisi, dan budaya lokal, termasuk kisah “Anak yang Buta dan Ceria” yang dianggap memiliki kedalaman emosional dan pesan kemanusiaan yang kuat.

Balai Bahasa DIY menyampaikan apresiasi tinggi atas karya dan partisipasi para peserta. “Kabar baik bagi DIY, terlebih di usia semuda ini sudah ada 384 siswa yang berkarya dan berani menulis. Teruslah semangat dan jadilah generasi penulis yang terus tumbuh dan berkarya,” demikian pesan penghargaan yang disampaikan oleh pihak panitia.

Guru pembimbing, Sri Marlina, S.Pd., M.A., mengungkapkan rasa bangga atas capaian muridnya. “Asfiya membuktikan bahwa keterampilan menulis bukan hanya soal teknik, tapi tentang kepekaan rasa. Ia mampu menghadirkan kisah sederhana yang menyentuh hati pembaca,” tuturnya.

Kepala MAN 2 Yogyakarta, Hartiningsih, S.Pd., M.Pd., turut memberikan pesan, kesan, dan harapan atas prestasi yang diraih Asfiya. “Saya merasa bangga melihat semangat Asfiya dalam berkarya. Di usianya yang masih muda, ia mampu menulis dengan kedewasaan rasa yang luar biasa. Ini menunjukkan bahwa madrasah bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga wadah tumbuhnya kreativitas dan empati,” ungkap Hartiningsih penuh apresiasi.

Kepala Madrasah juga berpesan agar semangat menulis terus dikembangkan, tidak berhenti pada satu lomba. “Menulis adalah cara untuk menyalakan cahaya pikiran dan hati. Jadikan prestasi ini sebagai awal untuk terus menebar inspirasi lewat kata. Kami berharap Asfiya dan teman-teman lain semakin berani berkarya dan menjadi generasi literat yang berkarakter,” pungkasnya.

Prestasi ini menjadi bukti bahwa MAN 2 Yogyakarta terus melahirkan generasi muda yang cerdas, kreatif, dan berbudaya. Seperti disampaikan panitia lomba, “Juara 1, 2, dan 3 hanyalah kesempatan dan peluang, yang terpenting adalah semangat berkarya tanpa henti.” (pusp)

 


Berikan Komentar

Silakan tulis komentar dalam formulir berikut ini (Gunakan bahasa yang santun). Komentar akan ditampilkan setelah disetujui oleh Admin
wa Chat via WhatsApp